[kredit]
Sebanyak apapun amalan pribadi kita. Baik yang
zahir maupun yag bathin. Yang tampak maupun yang luput dari pandangan
manusia. Jika kita tak mampu mewujudkan cinta dan benci karena-Nya di
alam realita kehidupan kita. Maka amalan itu tak mampu menolong kita di
sana.
Saudaraku..
Abdullah bin Umar ra pernah berkata:
"Demi Allah, sekiranya aku berpuasa sepanjang hari tanpa putus. Ku
dirikan shalat tahajjud setiap malam tanpa pernah tidur. Seluruh
hartaku, ku infakkan di jalan Allah. Lalu aku menghadap-Nya di hari
kepergianku, sementara tiada terpendam perasaan cinta di hati ini
terhadap orang-orang yang mentaati Allah serta tiada kebencian terhadap
ahli maksiat. Maka apa yang telah ku perbuat itu tak dapat memberiku
manfaat sedikit pun jua di sana."
(Mawa'izh as shahabah, Shalih Ahmad al Syami).
Saudaraku..
Itulah yang kita kenal dalam aqidah kita dengan istilah "al hubbub wal
bughdhu fillah" cinta dan benci karena Allah swt. Cinta dan benci yang
akan melahirkan cinta dan rahmat-Nya.
Kita mencintai seseorang karena Allah swt. Bukan karena harta, keturunan, kedudukan, tampilan fisik, dan sisi dunia lainnya.
Kita mencintai sahabat kita, karena agama, ketaatannya, keshalihan
pribadi, keindahan akhlak dan yang senada dengan itu. Walaupun secara
kasat mata, penampilan luarnya jauh dari kata "menarik".
Semakin baik akhlak seseorang. Semakin elok kepribadiannya. Semakin taat
kepada Rabb-nya. Semakin sempurna pemahaman dan pengamalan ajaran
agamanya. Maka pada saat itu semakin mekar dan mengembang cinta kita
terhadapnya.
Saudaraku..
Sebaliknya, tidaklah kita
membenci seseorang, melainkan karena keburukan akhlaknya, semakin
jauhnya ia dari kebenaran, semakin dalam ia tercebur dalam lubang
maksiat dan seterusnya.
Jadi dasar kita membenci seseorang,
tak lain dan tak bukan melainkan karena Allah swt. Artinya semakin jauh
ia dari petunjuk-Nya dan semakin terperosok dalam maksiat terhadap-Nya,
maka pada saat itu kita semakin membencinya.
Tapi kebencian
kita terhadapnya, tidak menyeret kita untuk menjauhinya. Tidak bertegur
sapa dengannya dan seterusnya. Namun justru menjadikan kita terpacu
untuk mengajaknya bangkit dari keterpurukan. Sadar dengan kelalaiannya.
Ingat dengan dosa-dosanya. Dan merubah kebiasaan dan perilaku buruknya.
Saudaraku..
Itulah cinta dan benci karena Allah, yang merupakan manifestasi dari
kesempurnaan iman kita. Sebanyak apapun amalan pribadi kita. Baik yang
zahir maupun yag bathin. Yang tampak maupun yang luput dari pandangan
manusia. Jika kita tak mampu mewujudkan cinta dan benci karena-Nya di
alam realita kehidupan kita. Maka amalan itu tak mampu menolong kita di
sana.
Itulah yang diisyaratkan oleh Ibnu Umar ra.
Saudaraku..
Ketahuilah, bahwa hati ini mencintai anda semua karena Allah swt. Bagaimana dengan anda saudaraku?. Wallahu a'lam bishawab.
Riyadh, 24 September 2012
Ustadz Ahmad Mustaqim
Sebanyak apapun amalan pribadi kita. Baik yang zahir maupun yag bathin. Yang tampak maupun yang luput dari pandangan manusia. Jika kita tak mampu mewujudkan cinta dan benci karena-Nya di alam realita kehidupan kita. Maka amalan itu tak mampu menolong kita di sana.
Saudaraku..
Abdullah bin Umar ra pernah berkata:
"Demi Allah, sekiranya aku berpuasa sepanjang hari tanpa putus. Ku
dirikan shalat tahajjud setiap malam tanpa pernah tidur. Seluruh
hartaku, ku infakkan di jalan Allah. Lalu aku menghadap-Nya di hari
kepergianku, sementara tiada terpendam perasaan cinta di hati ini
terhadap orang-orang yang mentaati Allah serta tiada kebencian terhadap
ahli maksiat. Maka apa yang telah ku perbuat itu tak dapat memberiku
manfaat sedikit pun jua di sana."
(Mawa'izh as shahabah, Shalih Ahmad al Syami).
Saudaraku..
Itulah yang kita kenal dalam aqidah kita dengan istilah "al hubbub wal bughdhu fillah" cinta dan benci karena Allah swt. Cinta dan benci yang akan melahirkan cinta dan rahmat-Nya.
Kita mencintai seseorang karena Allah swt. Bukan karena harta, keturunan, kedudukan, tampilan fisik, dan sisi dunia lainnya.
Kita mencintai sahabat kita, karena agama, ketaatannya, keshalihan pribadi, keindahan akhlak dan yang senada dengan itu. Walaupun secara kasat mata, penampilan luarnya jauh dari kata "menarik".
Semakin baik akhlak seseorang. Semakin elok kepribadiannya. Semakin taat kepada Rabb-nya. Semakin sempurna pemahaman dan pengamalan ajaran agamanya. Maka pada saat itu semakin mekar dan mengembang cinta kita terhadapnya.
Saudaraku..
Sebaliknya, tidaklah kita membenci seseorang, melainkan karena keburukan akhlaknya, semakin jauhnya ia dari kebenaran, semakin dalam ia tercebur dalam lubang maksiat dan seterusnya.
Jadi dasar kita membenci seseorang, tak lain dan tak bukan melainkan karena Allah swt. Artinya semakin jauh ia dari petunjuk-Nya dan semakin terperosok dalam maksiat terhadap-Nya, maka pada saat itu kita semakin membencinya.
Tapi kebencian kita terhadapnya, tidak menyeret kita untuk menjauhinya. Tidak bertegur sapa dengannya dan seterusnya. Namun justru menjadikan kita terpacu untuk mengajaknya bangkit dari keterpurukan. Sadar dengan kelalaiannya. Ingat dengan dosa-dosanya. Dan merubah kebiasaan dan perilaku buruknya.
Saudaraku..
Itulah cinta dan benci karena Allah, yang merupakan manifestasi dari kesempurnaan iman kita. Sebanyak apapun amalan pribadi kita. Baik yang zahir maupun yag bathin. Yang tampak maupun yang luput dari pandangan manusia. Jika kita tak mampu mewujudkan cinta dan benci karena-Nya di alam realita kehidupan kita. Maka amalan itu tak mampu menolong kita di sana.
Itulah yang diisyaratkan oleh Ibnu Umar ra.
Saudaraku..
Ketahuilah, bahwa hati ini mencintai anda semua karena Allah swt. Bagaimana dengan anda saudaraku?. Wallahu a'lam bishawab.
Riyadh, 24 September 2012
Ustadz Ahmad Mustaqim
(Mawa'izh as shahabah, Shalih Ahmad al Syami).
Saudaraku..
Itulah yang kita kenal dalam aqidah kita dengan istilah "al hubbub wal bughdhu fillah" cinta dan benci karena Allah swt. Cinta dan benci yang akan melahirkan cinta dan rahmat-Nya.
Kita mencintai seseorang karena Allah swt. Bukan karena harta, keturunan, kedudukan, tampilan fisik, dan sisi dunia lainnya.
Kita mencintai sahabat kita, karena agama, ketaatannya, keshalihan pribadi, keindahan akhlak dan yang senada dengan itu. Walaupun secara kasat mata, penampilan luarnya jauh dari kata "menarik".
Semakin baik akhlak seseorang. Semakin elok kepribadiannya. Semakin taat kepada Rabb-nya. Semakin sempurna pemahaman dan pengamalan ajaran agamanya. Maka pada saat itu semakin mekar dan mengembang cinta kita terhadapnya.
Saudaraku..
Sebaliknya, tidaklah kita membenci seseorang, melainkan karena keburukan akhlaknya, semakin jauhnya ia dari kebenaran, semakin dalam ia tercebur dalam lubang maksiat dan seterusnya.
Jadi dasar kita membenci seseorang, tak lain dan tak bukan melainkan karena Allah swt. Artinya semakin jauh ia dari petunjuk-Nya dan semakin terperosok dalam maksiat terhadap-Nya, maka pada saat itu kita semakin membencinya.
Tapi kebencian kita terhadapnya, tidak menyeret kita untuk menjauhinya. Tidak bertegur sapa dengannya dan seterusnya. Namun justru menjadikan kita terpacu untuk mengajaknya bangkit dari keterpurukan. Sadar dengan kelalaiannya. Ingat dengan dosa-dosanya. Dan merubah kebiasaan dan perilaku buruknya.
Saudaraku..
Itulah cinta dan benci karena Allah, yang merupakan manifestasi dari kesempurnaan iman kita. Sebanyak apapun amalan pribadi kita. Baik yang zahir maupun yag bathin. Yang tampak maupun yang luput dari pandangan manusia. Jika kita tak mampu mewujudkan cinta dan benci karena-Nya di alam realita kehidupan kita. Maka amalan itu tak mampu menolong kita di sana.
Itulah yang diisyaratkan oleh Ibnu Umar ra.
Saudaraku..
Ketahuilah, bahwa hati ini mencintai anda semua karena Allah swt. Bagaimana dengan anda saudaraku?. Wallahu a'lam bishawab.
Riyadh, 24 September 2012
Ustadz Ahmad Mustaqim
No comments:
Post a Comment