Friday, April 27, 2012

Half time hapdet; Jahiliyah-1 Islam-0

Sangat-sangat di akui, dari segi Quantity (jumlah) mahupun Quality (ke"Osem"an) kita, pekerja kebenaran Islam, dan al-Haq jauh lebih rendah berbanding pekerja kearah kesesatan, jahiliyah, dan kebatilan yang ada dalam dunia sekarang. Padahal, KITA, yang kononnya sedang berada di pihak yang benar, sentiasa dijanjikan Allah akan mencapai kemenangan dan kejayaan. Kenapa sampai jadi sedemikian? Berikut adalah analisis yang tak seberapa dari saya.

1. Dari segi Quantity (Jumlah)
Bandingkan, dari 6000 students Malaysia yang berdaftar dari Sabang ke Marauke, hanya beberapa kerat saja yang merupakan penggerak dakwah yang wujud di sini.
Bayangkan, dari 27 juta rakyat Malaysia, berapakah daripada nya adalah para da'e yang berdakwah kepada Islam?

Mari kita cuba hitung dengan menganggar saja. Let say, kita campur semua tenaga manusia dalam semua jamaah/ Kumpulan/ NGO/Badan Islam yang berada di tanah air kita, Malaysia.

Misalkan kita campur tenaga kerja (sumber daya manusia) PAS + ABIM + IKRAM+ ISMA+ HALUAN+ Jamaah Tabligh+ Hizbut Tahrir + Ulama' Muda UMNO + team Dr MAZA + JAKIM + YADIM+ IKIM etc.

Saturday, April 21, 2012

Refleksi diri seorang Murobbi

Siapakah yang mampu membuka hati manusia, dan orang lain? Alat apakah yang bisa kita gunakan untuk membuka hati manusia agar menerima kebenaran konsepsi Islam dan masuk ke dalam rumah Islam yang penuh cahaya? Cara apa yang bisa kita gunakan untuk membuat manusia menghambakan diri, tunduk, sujud, bersungkur hanya kepada Allah?

Dengan metode apakah kita mampu melembutkan hati manusia agar mereka bersedia melepaskan segala keangkuhan diri, angan-angan materialistik, dan ego negatifnya? Dengan bekal apakah kita bisa menghiasi hati manusia agar mereka memiliki kelembutan dalam merasa, ketegasan dalam memilah, ketajaman dalam merencanakan, kejernihan dalam menimbang, ketepatan dalam memutuskan? Dengan sistem apa kita sanggup menjinakkan hati manusia agar mereka memiliki berbagai keindahan penampilan, menghiasi diri dengan sifat malu, memagari diri dengan bashirah, dan menyelimuti diri dengan sikap amanah?

Ya, siapakah yang akan mampu memasukkan sejumlah konsep kebenaran ke dalam lubuk sanubari manusia? Dan siapa pula yang akan menjaganya? Siapa yang akan mampu meneguhkan keyakinan manusia tentang kebenaran jalan dakwah? Siapakah yang mampu memantapkan pilihan-pilihan jalan, ketika setiap orang harus memilih antara kebaikan dan keburukan? Siapa pula yang mampu melepaskan kegamangan sikap tatkala seseorang berada di penghujung bahkan persimpangan jalan?

Siapa? Ya, siapakah orangnya yang mampu menghapuskan kenangan-kenangan jahiliah pada benak manusia yang ingin bertaubat dan memperbaiki diri?
Siapa yang bisa menuntun hati orang untuk senantisa setia meniti kebaikan demi kebaikan sekaligus tidak terpelanting kembali pada kejahatan? Siapa yang mampu meneguhkan hati manusia dalam kebenaran agar mereka tidak terbelokkan meniti jalan syaitan? Siapa yang mampu meluruskan orientasi dan pandangan manusia agar mereka tidak berpaling dari nilai-nilai kebenaran?

Thursday, April 19, 2012

The Road Not Taken

[kredit gambar]

Waktu kecil-kecil dulu, yaitu sejak sekolah rendah lagi, saya sangat minat akan subjek English. Waktu berada di peringkat menengah rendah, pelajaran yang paling saya minati adalah Selected Poem and Short Story. Dalam SPSS, poem yang menjadi fenomena dan membuat saya terkesan ialah The Road Not Taken, ciptaan Robert Frost, yang dipublish pada tahun 1915.

Two roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;

Then took the other, as just as fair,
And having perhaps the better claim
Because it was grassy and wanted wear;
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,

And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black.
Oh, I kept the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way,
I doubted if I should ever come back.

I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I—
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference

Seingat saya, pertama kali dihidangkan dengan poem ini pada 9 tahun yang lalu. Sewaktu Form 2. Entahlah, saya tidak tahu, apakah kerana niat menuntut ilmu yang salah bukan kerana Allah, tapi kerana peperiksaan,  atau apa yang menyebabkan pusi itu  tidak memberi kesan sedikit pun pada saya, pada waktu itu.

Hampir satu dekad berlalu, hari ini, bila direnung kembali, alhamdulillah baru lah saya sedar dan faham, akan mesej yang hendak dibawa oleh pencipta puisi ini, dan "fikrah" yang kita boleh extract daripadanya.

Saya tidak akan membahas poem ini, sebagai mana guru saya membahasnya pada waktu form 2 dahulu. Detail, complete, dengan balaghah dan nahwu nya sekali.hehe

Saya hanya berminat menceritakan 2 baris awal, dari puisi ini, yang pada saya sangat sesuai dengan hidup kita sekarang.

Two roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
Saudara-saudara sekalian, sebenarnya dalam hidup kita seharian, kita ini sebenarnya tidak lebih dari seorang pembuat keputusan. Decision maker bak kata omputeh. And the thing we have to decide to make decision is called Choices.

How many choices did we have? Doesn't matter. Tidak penting berapa pilihan yang ada depan kita, tapi yang penting adalah apa dan kenapa kita memilih itu?

Berikut adalah pilihan yang biasa bermain dalam kehidupan kita sehari-hari;
  • Malam ni makan pecel ayam ke pecel lele (keli)?
  • Habis exam ni nak celebrate kat Burger King ke McD ea?
  • makan kat warung Padang ke warung Tegal?
  • Nak beli I-Pad ke Galaxy tab?
  • Nak pakai batik ke pakaian formal untuk dinner dengan Menteri malam ni?
  • Nak study sekarang lepas kelas ke, atau malam karang lepas isya? 
  • Nak buat apa dengan duit elaun bulan ni? Beli keta Ferrari ke Chrysler?
Ini semua adalah contoh-contoh choices yang sentiasa berputar pada kehidupan manusia secara general. Tak kira siapa, yang muda atau tua, yang masih student atau sudah bekerja, yang Da'i atau bukan da'i, Soleh atau tidak soleh. Semua harus berhadapan dengan situasi membuat keputusan ini.

Namun, sebenarnya choices yang ada diatas adalah yang hanya kecil dan berkisar kepada perkara yang remeh temeh, tidak membawa signifikan pun pada hidup kita.
Perkara ini pernah di-"sound pagi-pagi buta lagi" oleh Syed Qutb dalam fi Zilalil Quran dalam part Mukoddimah Zilal,


Saya hidup –di bawah naungan Al Qur’an- memandang dari atas ke arah jahiliyah yang bergejolak di muka bumi dan berbagai pusat orang-orang jahiliyah yang remeh temeh. 
Saya melihat kekaguman orang-orang jahiliyah itu tertuju kepada pengetahuan yang tak lebih dari pengetahuan kanak-kanak, persepsi bayi lima tahun, dan perhatian anak-anak kecil, tak ubahnya orang dewasa menyaksikan permainan dan senda gurau anak-anak.  
Saya heran…,mengapa manusia sampai demikian? 
Mengapa mereka mau menistakan diri dalam kehidupan yang rendah dan tidak mau mendengarkan seruan yang tingi lagi mulia, seruan yang meninggikan, memberkati, dan mensucikan kehidupan.

Syed Qutb menggambarkan kita sama seperti seperti kanak-kanak yang bingung antara memilih samada nak beli eskrim paddle pop perasa pelangi atau makan "cikedis" super-ring. Atau seperti persepsi para ikhwah waktu kecil dahulu, kepada kereta Tamiya (Dash Yankuro), dan persepsi akhawat pada waktu kecil dahulu terhadap anak patung Barbie.
Seperti orang dewasa yang begitu asyik gelak ketawa menonton Sesame Street dan Barneys and Friend, Begitulah juga kehidupan kita, jika tidak memahami mana yang lebih mustahak dalam hidup.

Umpamanya, kalau kita pilih membeli I-Pad berbanding Galaxy Tab, tidak membawa efek besar kepada kita melainkan sama saja. Samada I-Pad atau Galaxy Tab, semua nya sama, untuk menggantikan peran laptop, walaupun features masing-masing sedikit berbeza.

Samada makan pecel ayam atau pecel lele, semua saja, tidak ada pengaruh pada "masa depan" kita, asalkan kenyang dan memberi kita tenaga untuk hidup itu sudah memadai.
Stephen R.Covey dalam Bukunya yang terkenal, 7 Habits of Highly Effective People (sekarang dah 8 Habits) menyatakan habit (sikap) yang ke-3 perlu ada dalam seorang manusia yang effective adalah Put First Things First.



Tak salah hidup melakukan pilihan untuk hal yang kecil, tapi jangan lupa kita ada pilihan dalam perkara yang besar dan bermakna. Jangan lupa kita ada batu besar untuk diisi, sebelum batu-batu kecil.

Namun menjadi persoalan ialah apakah pilihan yang besar itu? Pilihan yang dimaksudkan adalah pilihan antara Syurga atau Neraka, Pahala atau Dosa, Baik atau Jahat, Islam atau Jahiliyah, al-Haq atau al-Hawa.

“Dan Kami telah menunjukkan dua jalan kepadanya.” (QS. Al-Balad : 10)

"Dan demi jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan.” (QS. Asy-Syams : 7 – 8)

فَأَمَّا مَنْ طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى
“Maka barang siapa yang melampaui batas. Dan mengutamakan hidup di dunia, maka sesungguhnya, nerakalah tempat tinggalnya.” (An-Nazi’at: 37-39)

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya).” (An-Nazi’at: 40-41)

Jadilah, jelaslah bagi kita bahawa 2 roads seperti yang disebut Robert Frost, adalah Jalan al-Haq (Islam)

Manakalah jalan kedua ialah, Jalan al-Hawa (Jahiliyah). Inilah choices yang harus kita perhatikan akan kewujudannya.

Two roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both

Saudara-saudara sekalian, kerana merasakan betapa pentingnya kita membezakan antara al-Haq dan al-Hawa, maka Syeikh Muhammad Ahmad Ar-Rasyid , meletakkan kan Bab Kita Menolak Al-Hawa pada Bab 1 buku Muntalaq. Kata beliau,

Itulah yang diambil dari semua Imam-imam sejak dahulu bagi mereka, hanya ada satu sahaja kebenaran iaitu wahyu. Selain dari wahyu adalah al-hawa yang tercela. Tiada satu bahagian pun al-hawa yang dipuji dan al-hawa tiada kaitan langsung dengan al-haq. Seseorang muslim tidak dibolehkan langsung berhukum dengan al-hawa atau merasa senang hati dengan al-hawa.

Al-Hawa (Jahiliyah), sebagus mana pun ia, tak dapat kita campur adukkan dengan al-Haq (Islam).Walaupunpada pandangan jahil kita, ianya kelihatan sama. Umpama, walaupun mempunyai bentuk dan warna yang sama, chocolate chips dan taik faeces kambing adalah sesuatu yang sangaaaat berbeza!

Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu sedang kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 42).

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ
“Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya.” (Al-Mu’minun: 71)

Bayangkan, kita pasti akan berasa janggal apabila melihat seorang lelaki yang memakai kopiah, berjanggut, atau memakai jubah, sedang duduk di R&R tiba-tiba mengeluarkan rokok Marlboro keluaran Israel lalu menghisapnya depan orang pengguna R&R lain, sebagai mana kita akan berasa janggal bila kita mengetahui lecturer kita, seorang Doktor Speasalis Hepatobiler adalah seorang alcoholic! Sungguh ironi bukan?

Kalau kita berasa awkward atau peluh besar bak kata Inche Gabanna, apabila melihat gelagat orang lain yang masih mencampur aduk kan antara haq dan batil, antara Islam dan Jahiliyah, begitu juga lah dengan Allah SWT yang akan berasa "heran" dengan kita, yang sibuk sehari semalam ke masjid untuk solat berjamaah, namun pada waktu antara solat, di waktu malam hari misalnya, kita beria-ria membuang masa di pusat-pusat karaoke atau di menghabiskan masa menonton pertunjukkan yang berbentuk jahiliyah yang jauh dari Islam.

Sungguh ironi, apabila kita selalu post dan like mengandung mesej Islam di Facebook, atau selalu nonton video ceramah Nouman Ali Khan, dan kipas-susah-mati Angel Pakai Gucci, namun pada masa yang sama kita masih lagi melampaui batas-batas pergaulan dengan bukan mahram kita. Masih lagi
mengumpat dan mencela orang lain. Masih lagi suka dan cenderung dengan pesona musuh-musuh Islam.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 208)

Two roads (Islam and Jahiliyah) diverged in a yellow wood, And sorry I could not travel both!


Sekian. Peringatan terutama buat diri saya.

Wednesday, April 4, 2012

A Little Boy With A Big Stone


Suatu hari, seorang anak berumur 5 tahun mendekati Ibunya yang sedang sibuk memasak makanan tengah hari di dapur.  Dengan berniat untuk mengambil perhatian ibunya, tanpa berkata-kata anak itu menarik apron yang melekat di badan ibunya. Menyadari kelakuan anaknya itu, tanpa menoleh, ibunya bertanya

"Ya, ada apa?"

"Hari ini saya dah tak dapat nak main lagi kat luar!" komplen anak lelaki nya itu.

"Laa, kenapa pula?" kata Ibu yang sempat melayan anaknya walaupun matanya masih terfokus pada kari kepala ikan tuna yang sedang "melompat-lompat" di dapur.

"Ada batu besar sedang berada di laman rumah kita. ianya mengganggu tempat saya bermain."

Mendengar keluhan anak nya itu, Ibu tadi mengalihkan wajah, dan tubuhnya kearah anaknya. Tiba-tiba saja, fokus Ibu tadi beralih. Beralih dari Kari Kepala Ikan Tuna masakan kegemaran suaminya, kepada melayan kerenah anak bongsunya pula. Dengan sifat keibuan yang ada padanya, beliau berusaha menunduk untuk menyamai ketinggian anaknya. Dengan memegang mesra bahu anaknya, beliau bermadah,

"Anakku, Sebesar apa pun batu itu, dan seteruk mana pun ia menghalang tempat main-mu, kamu pasti akan dapat menyingkirkannya, asalkan,  kamu menggunakan seluruh kekuatan yang kamu miliki untuk mengangkat, dan mengalihkan batu itu daripada menggangu apa yang akan kamu lakukan."

Setelah mendengar bait-bait saranan penuh makna dari Ibunya, budak itu serta merta mendapat idea. Dia menerima saranan itu dan berazam untuk menggunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk mengangkat batu itu.

Setelah 10 menit berlalu, budak tadi kembali mendatangi ibunya. Tapi kali ini gelagat anak itu lebih advance dari sebelum ini. Dengan termengah-mengah dan dadanya naik turun,  muka nya masam dan mulutnya muncung, dia pergi menghadap ibunya yang sedang terpacak di depan sinki. Tanpa mengeluarkan suara dia menarik lagi apron ibunya.

"Laa, kenapa pula ni??" tanya ibu-nya dengan ramah tapi dalam kehairanan.

"Saya dah cuba angkat batu itu dengan sangat kuat, sekuat tenaga yang saya miliki, tapi tak berjaya juga, walaupun untuk mengerakannya. Aduuh. Susahlah macam ni!"

Gelagat anak tadi menyebabkan Ibu yang sedang mencuci pinggan di sinki terhenti seketika. Beliau sempat memandang wajah anak nya sambil mengangkat kedua kening sedikit melebihi kacamata retro-nya. Setelah mengambil sela nafas pendek, tidak semena-mena Ibu itu mengukir senyuman.

Setelah itu, beliau membilas ala kadar tangan nya, lalu menutup paip sinki. Langsung, setelah itu, beliau lap tangannya ke apron. Kemudian, beliau mendekati anaknya yang sedang duduk di atas kerusi meja makan dalam gaya "protes".

Ibu itu hanya tersenyum sambil memperhatikan mesra gelagat anaknya; mulut diam membisu sambil memeluk tubuhnya sendiri, memuncungkan mulut,dan  memasamkan muka. Dalam body language ini tandanya seseorang sedang defensive dan tidak mahu diganggu.


Ibu tadi menarik kerusi makan, lalu duduk di samping anaknya.

Tiba-tiba Ibu tadi berkata;

"Anakku, kadang-kadang, menggunakan seluruh kekuatan yang kita miliki bukanlah bermaksud hanya dengan menggunakan kekuatan yang ada pada diri kita sahaja. Tapi, ianya bermaksud meminta bantuan kekuatan dari orang lain yang berada bersama kita untuk sama-sama mengangkatnya."

"Jom, ibu bantu kamu" kata ibu tadi spontan kepada anaknya.

Lalu ibu tadi pergi bersama anaknya ke laman belakang rumahnya, lalu mengangkat batu besar itu bersama-sama. Dan hasilnya, mereka bersama-sama berjaya mengangkatnya dan mengalihkan batu besar yang menghalangi laman belakang rumah mereka.

Akhirnya, anak lelaki 5 tahun tadi dapat bermain di laman permainannya dengan gembira sekali.

The End


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


What are morals of the story?

Lesson #1
Saudara-saudara ku, ketahuilah, bahawa akhir kepada setiap kesulitan dalam hidup berupa - masalah, dugaan, ujian, cabaran, "cuak", dan "aduh!" adalah kemudahan berupa- kesenangan, nikmat, kesenangan, "legaabangat!", dan "best-nya. alhamdulillah".

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا , إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (al-Insyirah 94:5-6 .

Lesson #2
Saudara-saudaraku, 

Baginda Rasul SAW pernah bersabda; 
 
فَإِنَّ الْبَرَكَةَ مَعَ الْجَمَاعَة 
"Maka sesungguhnya keberkatan itu bersama jamaah (kebersamaan) “ (HR.Ibnu Majah)  

Keberkatan berarti bertambahnya kebaikan. Maka dengan berjamaah (kebersamaan) akan melahirkan, bahkan melipatgandakan kebaikan. Pekerjaan yang dilakukan oleh 2 orang (atau lebih) yang dilakukan secara bersama-sama lebih keberkatannya berbanding pekerjaan yang sama yang dilakukan oleh 1 orang. Contoh di depan mata adalah solat berjamaah di masjid 27 kali ganda lebih baik berbanding solat sendirian di rumah. Kalau dengan solat pun Allah penting kan amal jama'e (amal bersama-sama) apatah lagi dengan amal yang besar seperti  Dakwah, Pemerintahan dan membangun Kekuatan Ketenteraan! 

Walaupun seorang yang maksum, dan mempunyai akhlak yang agung (68:4) ketahuilah, sesungguhnya bukanlah Baginda Rasul SAW itu seorang "lone ranger" dakwah yang bergerak sendiri-sendiri berceramah, mengajar Quran dan Sunnah, me-DF (Dakwah Fardiyah) mad'u, melakukan "tajmik", dan membawa binaan "usrah". Sama sekali bukan. Tapi Nabi SAW, dengan sifat-nya yang sempurna, tetap membentuk team dan core group yang dipanggil Qaedah Sulbah (Asas Kukuh). Apa dalil-nya? Ingatlah, ahli Badar adalah 3% daripada total penduduk Makkah yang berjaya mengalah Quraisy Mekah.

Kitab Amal Jama'e karya Mustafa Masyur adalah basic kepada poin no-2 ini. Mintalah kepada Murobbi/ah anda untuk membahaskannya dalam usrah/bulatan gembira anda, itupun jikalau belum pernah dibahaskan lagi.

Lesson # 3
Saudara-saudaraku,
Sehebat mana pun anda, sepandai mana pun anda, se-alim mana pun anda, se-muntij mana amal anda, se-benar mana pun pendapat anda, tidak ada erti disisi Allah jika tanpa dibincangkan (baca: disyurokan) bersama dengan orang lain terutama colleagues dan superior anda. Termasuk kategori Colleagues ialah adik-beradik, classmate, housemate, roomate, Usrah-mate dan Syuro-mate (ahli syuro).

Superior
disini pula sebagai contoh Ibu Ayah, Lecturer, Boss, Manager , Mas'ul,  atau Murobbi anda. Syuro-kanlah bersama mereka yang terbabit, bergantung kepada perkara yang harus di syurokan.

Bahkan Imam As-Syafi'e pernah berkata
"Keputusan yang salah dari sebuah musyawarah jauh lebih baik daripada pendapat peribadi, betapapun benarnya pendapat peribadi itu."
Perang Uhud sebagai Asbabun Nuzul (3:159) dan klimaks-nya amalan Syuro. Bahkan sebelumnya, sejak awal lagi, seawal pagi hari pasca peristiwa 'kejutan' di Gua Hira' lagi, bersama Khadijah sang istri tercinta, Baginda Rasul SAW telah pun memulakannya. Hasil "syuro pertama" Rasul SAW dengan istri adalah, antaranya consult (atau, Syuro!) dengan Buhaira, Ahli Kitab yang berada di Mekah.

Kemudian ianya menjadi Sunnah Rasulullah SAW sepanjang seerah beliau, lalu diikuti oleh para sahabat Muhajirin mahupun Ansar, lala diteruskan oleh Khulafa' Rasyidin setelah Baginda wafat. Kemudian Tabi'in dan Tabi' Tabi'in. Maka, setelah 14 ratus tahun, akhirnya sampailah Sunnah Syuro ini di hadapan kita, (anda dan saya) untuk kita sama-sama amalkan dalam setiap amal dakwah kita.

وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(QS. 3:159)

Lesson # 4
Saudara-saudaraku,
mintalah bantuan daripada sesiapa sahaja terutama yang "lebih baik" dari kita. "Lebih Baik" disini meliputi semua segi contohnya lebih berpengalaman, lebih "syeikh", lebih "ruhi" , atau pun lebih pandai bergantung kepada bentuk bantuan yang diinginkan.

Umpamanya, para Guru, Dosen (Lecturer), Dokter Konsulen (Attending) dan Resident yang lebih baik dalam dunia akademik kita. Berkaitan masalah keluarga pula, kita ada Ibu bapa kita. Alim Ulama', Ustaz, dan para ilmuan, sudah pasti mereka lebih baik sebagai sumber ilmu dan rujukan. Dan paling utama sekali jangan pernah lupa para Murobbi kita yang sebenarnya sudah pun meliputi semua peranan yang disebut diatas. -Murobbi adalah Syeikh, Ustaz, Bapa, dan Pemimpin-

Dan begitulah vice versa. Kita yang berasa lebih syeikh, lebih alim, dan lebih berupaya janganlah lokek dan kedekut untuk menginfakkan ilmu, tenaga, masa, dan emosi apatah lagi kepada mereka-mereka yang meminta. Apatah lagi, tuntutan supaya "tidak lokek dan jangan kedekut" ini bertambah double kepada orang yang telah menjadi amanah kita untuk menjaganya. Belum cukupkah surah Abasa sebagai pelajaran berharga? Bukan hanya buat kita, tapi ianya menjadi lesson berharga kepada Nabi SAW. Apatah lagi, kita ini yang Nabi pun bukan, keturunan Nabi pun bukan, bukan anak saudara Nabi, bukan sahabah, dan bukan siapa-siapa, tapi mereka yang mendapat siaran tertunda 1400 tahun lebih lambat berbanding generasi salafusoleh pada 300 tahun pertama kenabian.  
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
"Saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan taqwa, dan jangan kalian saling bahu membahu dalam dosa dan permusuhan“(5 :2)

Lesson # 5
Yang paling utama dan paling penting, wahai saudara-saudaraku, jangan pernah lupa walau sesaat, bahawa kekuatan dan bantuan paling utama dan terbaik adalah milik Kuasa dari Atas, yaitu Allah SWT. Ucapkanlah dengan lisan, lalu rasakanlah dalam hati kalimat dibawah ini, di saat anda memerlukan bantuan.

لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah

Sekian.