"Jiwa-jiwa itu ibarat
prajurit-prajurit yang dibaris-bariskan.
Yang paling mengenal diantara
mereka,
pasti akan saling melembut dan menyatu.
Yang tidak saling
mengenal di antara mereka,
pasti akan saling berbeda dan berpisah."
-Muhammad bin Abdullah, Sang Nabi Terakhir-
Keagungan. Keluruhan. Ketinggian.
Hanya itu yang ada pada misi cinta. Romantika juga ada. Tapi tetap dalam
bingkai itu. Kita sebut romantika perjuangan. Seperti ketika kita
memandang indahnya pelangi yang menggores langit. Mengagumkan.
Mempesona. Tapi ada jarak. Itu keindahan yang dilukis oleh nilai:
kekuatan yang memvisualisasi sisi malaikat dari dalam diri kita diatas
kanvas kenyataan, lalu melegenda dalam riwayat sejarah.
Tapi
manusia tercipta dari tanah. Dan tanah punya tabiatnya sendiri. Juga
punya rasa, punya mau, punya hajatnya sendiri. Juga punya permintaannya
sendiri dari asal usul ini, kehidupan manusia tersublimasi menjadi
riwayat yang rumit dan kompleks. Begitu juga cinta yang lahir dari sini.
Kalau dalam cinta misi perasaan bergerak mengikiti pikiran dan nilai,
dalam cinta perasaan dan jiwa bergerak memenuhi kebutuhannya sendiri.
Kebutuhan akan kegenapan. Kebutuhan akan kesatuan.