Sunday, November 4, 2012

Delegasi Bengis Terbaik Yang Pernah Datang Kepada Rasulullah

[Anthony Quinn sebagai Saidina Hamzah dalam The Message]

Seorang sahabat Rasulullah, telah dikirimkan oleh Rasulullah SAW ke pedalaman sampai ke perkampungan Bani Sa'd bin Bakr untuk melakukan misi Dakwah.
Diantara warga Bani Sa'd yang ikut menghadiri majlis sang da'e dari Madinah itu adalah Dhimam bin Tsa'labah As-Sa'diy, atau At-Tamimi, dari Bani Sa'd bin Bakr.
Dhimam, merasa tenteram terhadap apa yang disampaikan sang da'e.
Kemudian Bani Sa'd bersepakat untuk mengutus Dhimam sebagai delegasi, langsung menemui Rasulullah SAW di Madinah.
Menurut satu riwayat, Dhimam datang ke Madinah pada tahun 9 H.
Sesampainya di Madinah, Dhimam menambatkan untanya di salah satu sudut masjid nabawi.
Dia pun memasuki masjid nabawi dengan membawa tongkatnya, sambil melangkahi barisan para sahabat yang sedang mengikuti majlis Rasulullah SAW dan saat dia datang, karena rambutnya panjang, ia gulung rambutnya dalam dua gulungan; sebelah kanan dan sebelah kiri.
Saat itu Rasululullah SAW sedang duduk bersandar dengan salah satu tangan beliau SAW.
Dhimam berkata: "Mana dia putra Abdul Muththalib?!". Maksudnya adalah nabi Muhammad SAW bin Abdullah bin Abdul Muththalib. Beliau SAW dipanggil demikian karena nama Abdul Muththalib sangat terkenal sebagai pemimpin Quraisy.
 
Rasulullah SAW menjawab: "Saya".
Perlu diketahui bahwa Dhimam itu berperangai kasar, makanya gaya kedatangan dan bicaranya seperti itu.
"Wahai putera Abdul Muththalib, aku akan bertanya kepadamu dengan pertanyaan kasar dan berat, aku mohon engkau tidak tersinggung".
 
Rasulullah SAW menjawab: "Silahkan bertanya dan aku tidak pernah tersinggung oleh perilaku siapapun".
Dhimam: "Aku bertanya kepadamu dengan nama Tuhanmu, Tuhan orang-orang sebelummu, dan Tuhan orang-orang setelahmu, betulkah Allah SWT mengutusmu sebagai seorang rasul kepada kami?".
Rasulullah SAW: "Demi Allah, betul".

Dhimam: "Aku bertanya kepadamu dengan nama Tuhanmu, Tuhan orang-orang sebelummu, dan Tuhan orang-orang setelahmu, betulkah Allah SWT memerintahkan kepadamu agar kami hanya menyembah Allah SWT semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun dan agar kami berlepas diri dari segala sembahan selain Allah yang telah menjadi semabahan nenek moyang kami?".
Rasulullah SAW: "Demi Allah, betul".
Dhimam: "Aku bertanya kepadamu dengan nama Tuhanmu, Tuhan orang-orang sebelummu, dan Tuhan orang-orang setelahmu, betulkah Allah SWT memerintahkan kepadamu agar kami shalat lima waktu dalam sehari semalam?".
Rasulullah SAW: "Demi Allah, betul".
Lalu Dhimam menanyakan dengan cara yang sama satu demi satu kewajiban Islam.
Setelah itu Dhimam berkata: "Dengan ini aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan Rasulullah, dan aku akan laksanakan semua kewajiban tadi, dan menjauhi segala larangan, tidak aku tambahi dan tidak aku kurangi".
Kemudian Dhimam pergi meninggalkan majlis, menaiki kembali untanya dan pulang ke Bani Sa'd.
Rasulullah SAW bersabda: "Jika apa yang disampaikan si pemilik dua gulungan tadi benar, maka ia akan masuk syurga".

Sesampainya di perkampungan Bani Sa'd, semua warga mengerrumuninya. Dan kosa kata yang pertama kali diucapkan Dhimam adalah: "Buruk sekali Latta dan Uzza!".
 
Maka kaumnya berkata: "Hati-hati Dhimam kalau bercakap, nanti kamu kena penyakit belang dan lepra...". 
Dhimam: "Celaka kalian semua! Latta dan Uzza itu tidak dapat menimpakan mudharat atau manfaat apa pun, dan bahawasanya Allah SWT telah mengutus rasul-Nya dan menurunkan kitab-Nya untuk menyelamatkan kalian dan aku telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan aku telah datang darinya kepada kalian dengan membawa hal-hal yang diperintahkannya dan hal-hal yang dilarangnya".
 
Belum sampai masuk waktu petang, tidak ada seorang lelaki atau perempuan Bani Sa'd kecuali mereka telah menjadi Muslim! Allahu Akbar.
 
Dan Abdullah bin Abbas RA menilai Dhimam sebagai delegasi terbaik yang pernah datang kepada Rasulullah SAW.
Kesimpulan saya, walaupun anda atau sesiapa sahaja dari ikhwah sekitar anda, bersifat seperti diatas. Kasar, direct-to-point, dan tak suka cakap berlapik. ia tidak menjadi penghalang untuk anda atau sahabat anda, melakukan tanggungjawabnya dengan baik dan camerlang dalam Dakwah ini.

Malah, sifat seperti itu sebenarnya diperlukan dalam dakwah.
Lihatlah Dhimam, lihatlah Umar ibn Khattab, lihatlah Abu Dzar al-Ghifari. Kisah mereka menjadi bukti bahawa, gerabak dakwah sangat menerima orang yang bengis dan kasar, hanya saja, jika sifat itu digunakan dengan benar.
Kerana disebalik sifat Kasar, tersirat sifat keTEGASan.
Disebalik direct-to-point, tersimpan keJUJURan.
Disebalik lidah yang "tidak suka berlapik", sebenarnya terserlah keTULUSan ISI HATInya.
Umpama pisau, yang kelihatan berbahaya, akan menjadi "alat yang baik" kalau digunakan untuk tujuan yang betul. Seperti memasak di dapur, dan untuk menyembelih haiwan korban.
Tapi, Bantal dan tilam empuk, walaupun secara zahirnya kelihatan lembut, sopan dan tenang, kalau kewujudannya menjadikan kita da'e kuat tidO dan tidak ada ghiroh untuk qiamullail, maka Bantal& Tilam Empuk adalah suatu "alat yang jahat".
Sekian.

No comments:

Post a Comment