Aku hidup di bawah naungan Al Quran.
Dari tempat yang tinggi kulihat
kejahiliahan yang bergelombang di muka bumi. Kulihat pula
kepentingan-kepentingan penghuninya yang kecil tak berarti. Kulihat
kekaguman orang-orang jahiliah terhadap apa yang mereka miliki bagaikan
anak-anak; pikiran-pikiran, kepentingan-kepentingan, dan perhatiannya
bagaikan anak kecil.
Aku hidup di bawah naungan Al-Quran,
sambil bersenang-senang sambil
menikmati gambaran yang sempurna, lengkap, tinggi, dan bersih bagi alam
wujud ini, tentang tujuan alam wujud ini dan tujuan wujud manusia.
Kubandingkan dengan konsepsi jahiliah tempat manusia hidup, di timur dan
di barat, di utara dan di selatan.
Aku pun bertanya, ”Bagaimanakah
manusia hidup di dalam kubangan busuk, di dataran paling rendah, di
dalam kegelapan yang hitam pekat, semntara di sisinya ada tempat
penggembalaanyang subur, tempat pendakian yang tinggi, dan cahaya yang
cemerlang?”.
Aku hidup di bawah naungan Al-Quran,
kurasakan simponi yang indah
antara gerak kehidupan manusia yang dikehendaki Allah dan gerak alam
semesta yang diciptakan-Nya. Kemudian, kuperhatikan lagi kehidupan
jahiliah, maka terlihat olehku kejatuhan yang dialami manusia karena
menyimpang dari sunah kauniyyah dan benturan antara ajaran-ajaran yang
rusak serta jahat yang telah lama kemanusiaan bercokol di atasnya dan
fitrah yang diciptakan Allah untuknya.
Aku bertanya dalam hati, “Setan
keparat manakah gerangan yang telah membimbing langkah mereka ke neraka
Jahim ini?”
Aku hidup di bawah naungan Al-Quran,
kulihat alam wujud ini jauh
lebih besar dari kenyataan lahiriah yang terlihat ini. Lebih besar
hakikatnya, lebih banyak sisinya. Ia adalah alam gaib dan alam nyata,
bukan cuma alam nyata. Ia adalah dunia dan akhirat, bukan Cuma dunia ini
saja. Sedangkan kematian bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan
sebuah tahapan perjalanan itu sendiri. Padahal, apa yang didapat manusia
di muka bumi ini bukanlah bagiannya secara keseluruhan, melainkan hanya
sejumpu kecil saja dari bagiannya itu. Balasan yang terluput darinya di
sini, tidak akan terluput di sana. Maka tidak ada penganiayaan, tidak
ada pengurangan, tidak ada penyia-nyiaan. Perjalanan yang ditempuh atas
planet bumi ini hanya sebuah perjalanan di alam kehidupan yang biasa
berlaku; sedangkan dunia yang jujur dan penyayang adalah yang paling
punya ruh dan bertegur sapa, dan menuju kepada Pencipta Yang Maha Esa,
yang kepada-Nya lah ruh orang mukmin dalam kekhusyu'an.
Aku hidup di bawah naungan Al-Quran,
di bawah bayang-bayang Al-Quran
dengan jiwa yang tentang, hati yang tentram, dan nurani yang mantap.
Aku hidup melihat tangan Allah dalam setiap peristiwa dan setiap urusan.
Aku hidup dalam lindungan dan pemeliharaan Allah.
-Asy-Syahid Sayyid Quthb, (1906-1966)-
No comments:
Post a Comment